Insomnia farnilial fatal merupakan gangguan herediter yang jarang te{adi yang disebabkan oleh degenaerasi bilateral nuklei dorsomedial dan anterior talamus. Secara progresif, obat diabetes tradisional menghasilkan gangguan fungsi autonomik, disartria, mioklonus, koma dan kematian. Patogenaesis destruksi talamik tidak diketahui. Gangguan tidur dihubungkan dengan gangguan medis lain Sejumlah kondisi medis dihubungkan dengan gangguan tidur. Hubungan bisa nonspesifik, sebagai contoh, antara gangguan tidur dan nyeri kronik dari gangguan rematologik. Perhatian terhadap hubungan ini penting di mana gejala yang terkait tidur merupakan keluhan banyak pasien seperti ini yang muncul. Selain itu, gangguan tidur berasal dari penggunaan obat yang sesuai seperti steroid atau dari gejala penyakit lain.
Di antara hubungan yang paling menonjol adalah hubungan antara gangguan tidur dan asma. Pada banyak pasien asma, terdapat variasi harian menonjol pada resistensijalan napas, mungkin terkait dengan irama harian pada level histamin dan katekolamin, yang menyebabkan peningkatan nyata gejala asrnatik pada malam hari. Selain itu, pengobatan asma dengan komponen berdasarkan teofilin, agonis adrenergik atau glukokortikoid dapat mengganggu tidur. Bila gangguan tidur merupakan efek samping pengobatan asma yang menonjol, steroid, inhalasi (seperti beklometason) yang tidak mengganggu tidur dapat memberikan alternatif yang berguna.
lskemia jantung juga terkait dengan gangguan tidur. Variabilitas fungsi sistem saraf autonomik selama tidur REM dapat menerangkan asosiasi tidur dan angina, meskiprin tetap tidak terbukti. Pasien mengeluh mimpi buruk, mimpi yang mengganggu dengan atau tanpa kesadaran gejala klasik angina . Dispnea nokturnal parolcismal dapat juga te{adi sebagai konsekuensi iskemiajantung terkait tiduryang menyebabkan kongesti paru yang dieksaserbasi oleh posisi terlentang. Penyakit paru obstuktif menahun juga dihubungkan dengan gangguan tidur, patogenaesis yang diduga menjadi eksaserbasi hipoksia terkait tidur dan hiperkapnia sekunder terhadap hipoventilasi alveoler. Selain itu, posisi telentang menyebabkan rasio ventilasiperfusi suboptimal. Kondisi-kondisi lain yang dihubungkan dengan gangguan tidur termast*fibrosis kistik, menopaus e, hip ertiroidisme, reflul<s gastroesofageal, gagal ginjal kronik dan gagal hati.
Subset paSien Esofagogastroskopi yang mengalami insomnia atau hipersomnia mungKtn mempunyai gangguan waktu tidur lebih dari mulainya tidur. Gangguan waktu tidur dapat organik (seperti akibat defek intrinsik pada pacemaker sirkadian atau responsnya terhadap rangsangan sel cepat) atau lingkungan (seperti akibat terganggunya pemajanan rangsangan cepat dari lingkungan). Tanpa memperhatikan etiologi, gejala menunjukkan pengaruh pciiemaker sirkadian primer pada fungsi tidur-bangun. Sehingga, pendekatan terapeutik harus membantu mempercepat oscilator pada fase yang sesuai.
Di antara hubungan yang paling menonjol adalah hubungan antara gangguan tidur dan asma. Pada banyak pasien asma, terdapat variasi harian menonjol pada resistensijalan napas, mungkin terkait dengan irama harian pada level histamin dan katekolamin, yang menyebabkan peningkatan nyata gejala asrnatik pada malam hari. Selain itu, pengobatan asma dengan komponen berdasarkan teofilin, agonis adrenergik atau glukokortikoid dapat mengganggu tidur. Bila gangguan tidur merupakan efek samping pengobatan asma yang menonjol, steroid, inhalasi (seperti beklometason) yang tidak mengganggu tidur dapat memberikan alternatif yang berguna.
lskemia jantung juga terkait dengan gangguan tidur. Variabilitas fungsi sistem saraf autonomik selama tidur REM dapat menerangkan asosiasi tidur dan angina, meskiprin tetap tidak terbukti. Pasien mengeluh mimpi buruk, mimpi yang mengganggu dengan atau tanpa kesadaran gejala klasik angina . Dispnea nokturnal parolcismal dapat juga te{adi sebagai konsekuensi iskemiajantung terkait tiduryang menyebabkan kongesti paru yang dieksaserbasi oleh posisi terlentang. Penyakit paru obstuktif menahun juga dihubungkan dengan gangguan tidur, patogenaesis yang diduga menjadi eksaserbasi hipoksia terkait tidur dan hiperkapnia sekunder terhadap hipoventilasi alveoler. Selain itu, posisi telentang menyebabkan rasio ventilasiperfusi suboptimal. Kondisi-kondisi lain yang dihubungkan dengan gangguan tidur termast*fibrosis kistik, menopaus e, hip ertiroidisme, reflul<s gastroesofageal, gagal ginjal kronik dan gagal hati.
Subset paSien Esofagogastroskopi yang mengalami insomnia atau hipersomnia mungKtn mempunyai gangguan waktu tidur lebih dari mulainya tidur. Gangguan waktu tidur dapat organik (seperti akibat defek intrinsik pada pacemaker sirkadian atau responsnya terhadap rangsangan sel cepat) atau lingkungan (seperti akibat terganggunya pemajanan rangsangan cepat dari lingkungan). Tanpa memperhatikan etiologi, gejala menunjukkan pengaruh pciiemaker sirkadian primer pada fungsi tidur-bangun. Sehingga, pendekatan terapeutik harus membantu mempercepat oscilator pada fase yang sesuai.